0

Bagian 1

Kamis, 12 Juni 2014

pagi itu sangat panas, hal yang bisa kulakukan adalah tidak ada. tidak ada yang bisa kulakukan, semua muridpun begitu, walau kelas ini memiliki 5 jendela yang tertutup, tidak akan bisa memberikan "sedikit" saja rasa sejuk di ruang kelas.

0

Awalan 1

jam sudah menunjukan pukul delapan pagi, walau matahari sudah terbit namun suhu ruangan sangatlah panas,. aku melihat ke arah pendingin ruangan, suhu disana menunjukan angka sembilan belas, kurasa sudah cukup dingin untuk cuaca yang lumayan mendung begini. entah apa yang merasuki bumi, namun entah kenapa putri es tampaknya pulang kampung ke halamannya dan meninggalkan pendingin ruanganku.

0

Pembukaan

Selasa, 10 Juni 2014

entah apa yang ingin aku tulis disini, aku tidak tahu. masih dalam keadaan terpuruk ini, aku menatap layar tua, hampa, dan sepi. tidak ada orang yang bisa kuajak bicara. tidak perlu muluk muluk, seperti mendengarkan curhatanku, ataupun memberiku nasehat. hanya sekedar berbicara, mengatakan "hai" saja kepadaku itu sudah cukup bagiku. namun kenyataannya tidak ada. tidak ada yang memperdulikanku, memperhatikanku, melihatku, atau sekedar melirik. semua orang sudah sibuk dengan urusannya masing-masing, padahal mereka tidak tahu, siapa orang yang membantunya, yang sering kerepotan, mendengarkan semua ocehannya, atau melihat sandiwara payahnya mereka.
mungkin ini sudah menjadi jalanku untuk tidak diperhatikan, namun aku akan mengingat semua hal itu, dan jangan sekali kali kalian memintaku membawakan nama kalian, jika aku terkenal nanti

0

Chap 1

Minggu, 08 Juni 2014

bagai penari balet yang lincah, pena ini terus menari bersama dengan jari jemariku. jam sudah menunjukan pukul 10 malam, namun tarian ini belum bisa berhenti. entah apa yang merasukiku untuk menulis sebuah surat ini. walaupun begitu tarian itu tidak menghasilkan satu katapun kecuali hanya sebuah coretan dan kata "Kepada". entah aku menulisnya untuk siapa, aku sendiri belum tahu. namun mengingat wajah samarnya membuat aku merasa dia adalah bagian dari diriku yang hilang.
akhirnya dengan paksaan yang kuat aku hentikan tarian ini... aku sudah mulai mengantuk dan lebih baik aku bergegas untuk tidur.
"Kak... kak... bangun... sudah pagi... nanti telat lho... "
"aku masih ingin menikmati indahnya dataran ini"
"jangan begitu donk kak, lihat tuh... alarmnya udah bunyi dari tadi."
"hah...??? alarm?"
"ntar kejatuhan lho..."
bruk... alarm itu jatuh tepat di atas kepalaku... bersamaan dengan dinginnya pagi di musim penghujan...
"kak....!!! ayo bangun... udah pagi nih..." sembari adikku menarik selimut yang sedang membungkusku jatuh kebawah...
"ayo meow... kita tinggalin kakak pemalas ini... Maaa!!!! kakak gak mau bangun...!!!"
"iya... iya... bentar lagi...!!!" teriakku membalas aduan adikku.
beruang kutub tanpa bulu, hal itu terjadi padaku. pagi yang sangat dingin diiringi oleh hujan yang cukup deras, membuatku malas bergerak dan terus berselimut seperti kepompong pagi di musim semi.dengan malas aku bersusah payah merangkak dari surganya para pemalas yang kalian sebut dengan nama kasur. sangat sulit, kekuatan dewi penghujan yang menamparku dengan hembusan dingin menjatuhkanku kembali ke perangkap abadi itu. pertarungan lama itu berlangsung selama bermenit-menit, membuatku kewalahan. dengan sisa energi yang tersisa dalam tubuhku ini, aku bangkit dengan semangat air panas yang akan membasahi tubuhku itu, aku berhasil bangkit dan menang dalam pertarungan tiada akhir. dengan hebat aku melangkah keluar kamar dan membayangkan hadiah tak berniali itu, sebuah bak yang penuh dengan air panas.